Wednesday, November 12, 2008

Bersiwak Lebih Baik Ketimbang Merokok

By Republika Contributor
Kamis, 13 November 2008 pukul 06:47:00


MEKAH--Seorang askar (polisi Arab) menggelengkan kepala tatkala menyaksikan seorang warga Indonesia menghisap rokok berada di dekat kawasan Masjidil Haram dan sambil mengangkat tangan dia lalu berucap "haram, haram .....".

Askar tersebut lantas menunjuk sebuah papan iklan besar. Papan iklan larangan merokok, bahwa tak baik merokok bagi kesehatan, banyak dipasang di berbagai sudut kota. Tak lama kemudian, warga dari kawasan Kebon Pala, Jakarta, itu mematikan dan membuang puntung rokok ke bak sampah.

Iklan larangan merokok di tanah suci bukan hanya perhiasan. Warganya juga peduli ikut melarang bagi siapa pun merokok. Di Jeddah, Madinah dan terlebih di Mekkah. Karena itu jarang sekali penjual rokok nampak di kaki lima. Kalau pun ada, seperti di Jeddah, hanya ada di toko resmi.

Di bilangan kawasan Aziziah, tepatnya di belakangan Wisma Haji Indonesia, rokok dijual secara sembunyi. "Takut ada polisi," kata seorang pedagang yang lebih suka dipanggil Ahmad, Rabu (12/11).

Menyaksikan warga Indonesia mematikan dan membuang puntung rokok, polisi Arab berbaju hijau dan bercambang lebat itu lalu tersenyum ramah. Ia kemudian mendekat. Dengan bahasa isyerarat, ia minta agar perokok itu membeli siwak.

"Siwak, siwak......," kata dia, sambil menunjuk gigi putihnya dengan telunjuk tangan kanan.

Pembicaraan soal larangan merokok dan nasihat bershiwak itu diakhiri keduanya bersalaman. "Salamualaikum," ungkap polisi Arab bertubuh kurus jangkung.

Selama musim haji 1429 H, banyak di tepi jalan kawasan Masjidil Haram dijual shiwak. Ada berukuan pinsil kecil bahkan ada sebesar spidol. Harga jualnya pun bervariasi. Ada yang dijual dengan harga 1 riyal. Bentuk batangan dalam satu ikatan dijual dengan harga 3 hingga 5 riyal.

Banyak warga Mekkah, terutama laki-laki mengenakan shiwak tatkala bepergian. Ketika mengendarai mobil, shiwak bertengger di mulutnya. Terutama shiwak berukuran pensil kecil. Lelaki Arab yang banyak mengenakan pakaian gamis berwarna putih pulus sorban di kepala, tanpa gagah dengan siwak nyempil di mulutnya.

Bagi sebagian masyarakat Indonesia, siwak tidak asing lagi. Para kyai di sejumlah pondok pesantren sering menenteng dan mengantongi siwak. Bahkan, karena khasiatnya, ada pasta gigi di tanah air menggunakan nama siwak.

Dalam sebuah literatur yang dikutip dari kitab Ath-Thubbun Nabawi (Medis Nabawi) yang disusun oleh Ibnul Qoyyim dijelaskan manfaat siwak antara lain: membersihkan mulut, membersihkan gusi, mencegah pendarahan, menguatkan penglihatan, mencegah gigi berlubang, menyehatkan pencernaan, menjernihkan suara, membantu pencernaan makanan, memperlancar saluran nafas (bicara), menggiatkan bacaan, menahan tidur, meridhokan Allah Ta'ala, dan dikagumi malaikat.

Rasulullah Shallallahu `Alaihi Wa Sallam bersiwak dalam waktu puasa dan tidak, pada waktu wudhu, ketika akan sholat atau memasuki rumah. Beliau bersiwak dengan kayu (dahan ) Araak. Bila tidur, siwak itu diletakkan di dekat kepalanya, dan jika bangun tidur beliau bersiwak lagi.ant/ya - Seorang askar (polisi Arab) menggelengkan kepala tatkala menyaksikan seorang warga Indonesia menghisap rokok berada di dekat kawasan Masjidil Haram dan sambil mengangkat tangan dia lalu berucap "haram, haram .....".

Askar tersebut lantas menunjuk sebuah papan iklan besar. Papan iklan larangan merokok, bahwa tak baik merokok bagi kesehatan, banyak dipasang di berbagai sudut kota. Tak lama kemudian, warga dari kawasan Kebon Pala, Jakarta, itu mematikan dan membuang puntung rokok ke bak sampah.

Iklan larangan merokok di tanah suci bukan hanya perhiasan. Warganya juga peduli ikut melarang bagi siapa pun merokok. Di Jeddah, Madinah dan terlebih di Mekkah. Karena itu jarang sekali penjual rokok nampak di kaki lima. Kalau pun ada, seperti di Jeddah, hanya ada di toko resmi.

Di bilangan kawasan Aziziah, tepatnya di belakangan Wisma Haji Indonesia, rokok dijual secara sembunyi. "Takut ada polisi," kata seorang pedagang yang lebih suka dipanggil Ahmad, Rabu (12/11).

Menyaksikan warga Indonesia mematikan dan membuang puntung rokok, polisi Arab berbaju hijau dan bercambang lebat itu lalu tersenyum ramah. Ia kemudian mendekat. Dengan bahasa isyerarat, ia minta agar perokok itu membeli siwak.

"Siwak, siwak......," kata dia, sambil menunjuk gigi putihnya dengan telunjuk tangan kanan.

Pembicaraan soal larangan merokok dan nasihat bershiwak itu diakhiri keduanya bersalaman. "Salamualaikum," ungkap polisi Arab bertubuh kurus jangkung.

Selama musim haji 1429 H, banyak di tepi jalan kawasan Masjidil Haram dijual shiwak. Ada berukuan pinsil kecil bahkan ada sebesar spidol. Harga jualnya pun bervariasi. Ada yang dijual dengan harga 1 riyal. Bentuk batangan dalam satu ikatan dijual dengan harga 3 hingga 5 riyal.

Banyak warga Mekkah, terutama laki-laki mengenakan shiwak tatkala bepergian. Ketika mengendarai mobil, shiwak bertengger di mulutnya. Terutama shiwak berukuran pensil kecil. Lelaki Arab yang banyak mengenakan pakaian gamis berwarna putih pulus sorban di kepala, tanpa gagah dengan siwak nyempil di mulutnya.

Bagi sebagian masyarakat Indonesia, siwak tidak asing lagi. Para kyai di sejumlah pondok pesantren sering menenteng dan mengantongi siwak. Bahkan, karena khasiatnya, ada pasta gigi di tanah air menggunakan nama siwak.

Dalam sebuah literatur yang dikutip dari kitab Ath-Thubbun Nabawi (Medis Nabawi) yang disusun oleh Ibnul Qoyyim dijelaskan manfaat siwak antara lain: membersihkan mulut, membersihkan gusi, mencegah pendarahan, menguatkan penglihatan, mencegah gigi berlubang, menyehatkan pencernaan, menjernihkan suara, membantu pencernaan makanan, memperlancar saluran nafas (bicara), menggiatkan bacaan, menahan tidur, meridhokan Allah Ta'ala, dan dikagumi malaikat.

Rasulullah Shallallahu `Alaihi Wa Sallam bersiwak dalam waktu puasa dan tidak, pada waktu wudhu, ketika akan sholat atau memasuki rumah. Beliau bersiwak dengan kayu (dahan ) Araak. Bila tidur, siwak itu diletakkan di dekat kepalanya, dan jika bangun tidur beliau bersiwak lagi.ant/ya

Siasat Sehat Selama Berhaji

By Republika Contributor
Sabtu, 08 November 2008 pukul 11:12:00


JAKARTA--Umat Islam yang tahun ini hendak menunaikan ibadah haji tentu sudah mempersiapkan diri sebelum berangkat ke tanah suci, merapikan aqidah, memperbaiki ibadah, dan mempelajari ritual ibadah haji.

Selain persiapan mental dan spiritual, menurut dr Tri Juli Edi Tarigan dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia (FKUI), calon jemaah haji juga dianjurkan melakukan persiapan fisik karena perjalanan panjang dari tanah air ke Arab Saudi, perbedaan iklim ekstrim antara Indonesia dan Arab Saudi serta kegiatan ibadah yang padat membutuhkan kondisi fisik yang prima.

Persiapan fisik, menurut dia, bisa dilakukan dengan melakukan olah raga secara rutin paling lambat sejak sebulan sebelum keberangkatan ke tanah suci.

"Misalnya dengan berjalan kaki 30 menit sehari, minimal tiga kali dalam sepekan," kata dokter ahli penyakit dalam yang berpraktik di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta itu.

Ia mengatakan, dalam hal ini calon jemaah juga dianjurkan melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum berangkat ke tanah suci untuk mendeteksi keberadaan penyakit yang mungkin memerlukan penanganan khusus serta melakukan vaksinasi yang dibutuhkan.

Vaksinasi yang dibutuhkan calon jemaah, menurut dr Iris Rengganis SpPD dari FKUI, antara lain vaksinasi meningococcal meningitis untuk mencegah penyakit meningitis (peradangan otak), yang merupakan penyakit endemis di Arab Saudi.

Menurut dia, vaksinasi meningitis sebaiknya dilakukan dua pekan sebelum tiba di Arab Saudi karena antibodi baru terbentuk dua pekan setelah vaksin disuntikkan dan akan memberikan kekebalan selama dua tahun.

Disamping vaksinasi meningitis, ia menambahkan, vaksinasi influenza juga diperlukan bagi kelompok jemaah yang beresiko tinggi terserang penyakit (usia lebih dari 60 tahun dengan ketahanan tubuh rendah atau penyakit kronis) karena perjalanan haji yang melelahkan dan lingkungan yang padat dengan manusia membuat mereka semakin rentan terserang influenza.

"Vitamin dan imunostimulator juga bisa digunakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh," ujar Iris.

Dokter Iris juga menganjurkan para calon jemaah untuk mengantisipasi cuaca dingin di tanah suci karena pelaksanaan ibadah haji tahun ini diperkirakan berlangsung pada musim dingin.

Ia menjelaskan, cuaca dingin ekstrim bisa menyebabkan hilang rasa/baal di daerah tungkai dan tangan; nyeri otot; kulit bersisik dan gatal; kulit telapak kaki dan bibir pecah-pecah; rasa kaku dan beku pada daerah telinga, hidung, pipi, jari tangan, bahu, lengan atas/bawah dan paha; serta dehidrasi karena kurang minum.

Kondisi dingin, katanya, juga dapat memperberat penyakit jantung, kencing manis (diabetes mellitus/DM), asma, rematik dan stres.

"Untuk ini, calon jemaah bisa menyiapkan pakaian dingin, termasuk kaus kaki dan kaus tangan, dan pelembab kulit," katanya.

Beberapa Tips

Guna menghindari masalah kesehatan yang dapat mengganggu pelaksanaan ritual ibadah haji, dr Tri memberikan beberapa tips.

Ia menganjurkan penderita penyakit kronik agar mereka terus terang saat diperiksa oleh dokter di tanah air supaya dokter bisa memberikan saran tepat dan melakukan penanganan yang tepat pula bila dibutuhkan.

"Pasien sebaiknya juga membawa dan meneruskan obat-obatan yang sedang dikonsumsi dan selalu dekat dengan dokter kloter. Bagi diabetasi pemakai insulin, glukometeer harus dibawa," katanya serta menambahkan pasien dengan penyakit kronis sebaiknya mengutamakan ibadah wajib saja dan menghindari keramaian.

Karena kasus mimisan termasuk salah satu masalah yang sering dijumpai pada jemaah haji asal Indonesia, dokter Tri menyarankan agar jemaah banyak minum, banyak mengonsumsi sayur dan buah, tidak mengorek-ngorek hidung serta selalu memakai masker yang dibasahi dnegan air zam-zam untuk menghindari mimisan.

Untuk mencegah dampak cuaca siang terhadap kesehatan, ia menyarankan agar jemaah menghindari paparan sinar matahari langsung, menggunakan pelembab kulit dan bibir setelah mandi serta mengenakan kaca mata hitam saat keluar pada siang hari.ant/ya

Kiat Mengelola Haid Selama Berhaji

By Republika Contributor
Sabtu, 08 November 2008 pukul 11:10:00


JEDDAH--Haid adalah perdarahan yang rutin terjadi pada perempuan dengan kesehatan normal. Pada hari-hari biasa, perdarahan yang siklusnya berulang setiap 21-35 hari itu tidak menimbulkan gangguan atau hambatan berarti, tapi tidak demikian ketika seorang perempuan melaksanakan ibadah haji.

Muslim perempuan yang sedang haid saat berhaji dilarang melakukan thawaf, shalat wajib dan sunah, berdiam di masjid serta membaca Al Quran dan hanya boleh melakukan sa`i, wuquf di Arafah, mabit, melontar jumroh, memotong rambut dan berdoa.

Kondisi yang demikian kurang menyenangkan bagi sebagian besar perempuan muslim yang berhaji. "Tapi ini bisa disiasati," kata Dr dr Dwiana Ocvianti dari Departemen Obstetri Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI).

Dokter yang akrab disapa Ocvi itu menjelaskan, dengan bantuan dokter, calon jemaah haji perempuan bisa mengelola siklus haidnya supaya tidak mengganggu ritual haji.

Untuk itu, katanya, calon jemaah perempuan harus terlebih dulu memeriksakan diri dan berkonsultasi dengan dokter paling lambat satu bulan sebelum tanggal keberangkatan.

Pemeriksaan dan konsultasi, kata dia, diperlukan untuk mendeteksi adanya kelainan organ reproduksi atau kondisi lain yang dapat menimbulkan komplikasi bila diperlukan obat pengatur haid. "Kalau hasilnya bagus, dokter dapat merencanakan pemberian obat pengatur haid yang paling sesuai dengan kondisi kesehatan yang bersangkutan," katanya.

Ia menjelaskan, obat yang digunakan untuk mengatur haid berisi hormon progesteron atau gabungan hormon progesteron dan estrogen.

Obat yang mengandung progesteron, menurut dia, biasanya berupa pil satuan dalam kemasan biasa yang harus dimakan setiap hari. "Bisa berupa pil KB untuk ibu menyusui dalam bentuk kemasan untuk 28 hari dengan jenis pil yang sama," katanya.

Ia menambahkan, obat yang mengandung progesteron dan estrogen umumnya adalah pil KB yang terdiri dari dua jenis obat dalam satu kemasan untuk 28 hari atau satu jenis obat dalam satu kemasan untuk 21 hari yang hanya mengandung pil aktif.

Kemasan 28 hari, dijelaskannya, berisi 21 tablet pil aktif dengan bentuk dan ukuran sama serta tujuh tablet berupa pil plasebo (bukan obat) dengan ukuran berbeda.

"Selain itu, dapat juga digunakan pil untuk terapi sulih hormon, baik dalam kemasan satuan maupun dalam kemasan paket untuk 21 hari atau 28 hari," katanya.

Lebih lanjut ia menjelaskan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menggunakan obat pengatur haid yakni riwayat kesakitan dan gangguan kesehatan.

Calon jemaah yang punya riwayat tromboflebitis atau tromboemboli, migrain, varises berat, kanker payudara, perdarahan dari vagina yang belum diketahui penyebabnya, gangguan fungsi hati, penyakit kuning, preklamsi dalam kehamilan, penyakit jantung dan pembuluh darah, kencing manis, hipertensi berat, depresi dan gangguan jiwa, serta harus mengonsumsi obat secara rutin, menurut dia, tidak diperbolehkan mengonsumsi obat pengatur haid.

"Karena bila kondisinya demikian, dikhawatirkan malah dapat memperberat gangguan kesehatannya," kata dr Ocvi.

Jenis Pengaturan

Dokter Ocvi mengatakan, pengaturan haid bisa dilakukan dengan menunda masa haid, memajukan masa haid atau memperbaiki siklus haid yang tidak teratur.

Menurut dia, penundaan masa haid merupakan upaya pengelolaan masa haid yang paling sering dilakukan dan untuk itu biasanya digunakan pil progesteron saja atau pil kombinasi.

"Pada penggunaan pil kombinasi, yang digunakan hanya pil aktif, pil plasebo yang tidak dimakan. Paling ideal pil mulai digunakan pada hari kedua hingga kelima haid atau selambatnya 14 hari sebelum hari pertama haid yang ingin ditunda," katanya.

Penggunaan pil untuk menunda masa haid tersebut, katanya, mesti dihentikan segera setelah penundaan haid tidak diperlukan lagi dan haid akan datang dua hari atau tiga hari setelah penggunaan pil dihentikan.

Sementara pengelolaan dengan memajukan siklus haid, menurut dia jarang sekali dilakukan, karena umumnya hanya diperlukan perempuan yang siklus haidnya lebih dari 35 hari.

"Untuk memajukan siklus haid, digunakan pil progesteron mulai hari kelima haid, dan dihentikan penggunaannya tiga hari hingga lima hari sebelum masa haid yang diinginkan atau setidaknya hari ke-19 haid," katanya.

Sementara untuk memperbaiki siklus haid yang tidak teratur, menurut dia, umumnya digunakan pil KB atau pil kombinasi. "Untuk ini, paling baik dimulai tiga sampai enam bulan sebelum tanggal keberangkatan," katanya.

Kendati tidak berat namun penggunaan obat pengatur haid berdampak spesifik terhadap penggunanya.

Gangguan yang dapat muncul pada penggunaan obat pengatur haid, katanya, antara lain rasa mual, muntah, sakit kepala, nyeri payudara (umumnya pada pengunaan pil kombinasi dengan estrogen), perdarahan bercak (lebih sering pada penggunaan pil yang mengandung progesteron), dan peningkatan berat badan.

Peningkatan berat badan, menurut dia, bisa dihindari dengan tidak mengonsumsi makanan secara berlebihan sedangkan untuk menghindari perdarahan pil sebaiknya dikonsumsi pada saat yang sama setiap hari.

"Jangan sampai lupa. Dan bila terjadi perdarahan bercak, tambahkan satu pil setiap hari dan kurangi aktifitas sebanyak mungkin.

Konsumsi obat yang membantu penghentian darah, hentikan tambahan pil satu hari setelah perdarahan bercak berhenti," jelasnya.

Apabila perdarahan bercak tidak juga berhenti, ia menjelaskan, kondisi itu bukan haid tapi kondisi yang terjadi akibat reaksi hormon yang tidak wajar sehingga perempuan muslim yang bersangkutan bisa tetap menjalankan semua ritual ibadah haji.

"Tentunya setelah membersihkan daerah kewanitaan, mengganti pembalut dan berwudhu sebelum beribadah," kata dr Ocvi.ant/ya

Antisipasi Cuaca Ekstrim

By Republika Contributor
Kamis, 06 November 2008 pukul 05:42:00


Mungkin para calon jamah sudah banyak mendengar dari saudara, rekan atau dari pihak Departemen Agama maupun Departemen Kesehatan yang mengingatkan untuk mengantisipasi cuaca ekstrim di Arab Saudi. Namun tidak ada salahnya
jika saya kembali mengingatkan pada para jamaah terkait persiapan yang perlu dilakukan selama menjalankan ibada. Antara Jedah, Madinah dan Mekah, memiliki rentang suhu udara yang cukup bervariatif.

Di Jedah, suhu udara di malam hingga pagi hari berada di kisaran 15-16 derajat Celcius. Sementara pada siang hari di rentang antara 18 hingga 23 derajat Celcius. Bahkan hujan lebat turun pada satu dua hari terakhir ini. Cuaca demikian tentunya berbeda jauh dengan kondisi rata-rata umumnya di Indonesia. Mungkin selain pakaian seragam yang didapat para jamaah, perlu untuk membawa pakaian hangat seperti jaket tebal, sweater dan lainnya.Juga pakaian dalam tampaknya juga perlu dua atau bahkan tiga lapis. Terutama bagi yang tidak tahan dingin.

Begitu nanti para jamaah bergeser ke Mekah, akan mendapatkan kondisi suhu udara yang berbeda. Saat ini di Mekah jika malam hingga pagi hari berada di rentang suhu 25 hingga 27 derajat Celcius. Sementara pada siang hari sekitar 27 hingga 30 derajat Celcius. Sedangkan suhu udara di Jedah saat ini berada di kisaran 29 hingga 32. Kondisi cuaca ini, baik di Mekah, Medinah dan Jedah diprediksi akan semakin dingin saat memasuki bulan Desember nanti.

Selain pakaian hangat, jamaah juga perlu memakai pelembab kulit dan wajah. Ini untuk menghindari kering pada kulit. Yang perlu diantisipasi terutama pada bagian tumit, hidung dan wajah. Sangat rawan, kulit di bagian tumi ini. Tentunya jika sudah pecah-pecah bahkan bisa sampai berdarah, akan mengganggu aktifitas ibadah kita selama di Tanah Haram. Juga jangan segan-segan atau malu untuk selalu menggunakan pelembab bibir atau lipgloss untuk menghindari bibir pecah-pecah.

Jamaah juga diharapkan membawa obat-obatan, terutama yang terkait dengan
gangguan seperti flu, batuk pilek serta gangguan pernafasan. Upayakan
untuk tidak mengkonsumsi air dingin atau air es selama di Saudi. Walaupun
selama di Tanah Suci ada petugas kesehatan, akan lebih baik jamaah untuk
membawa obat-obatan yang biasa dikonsumsi di tanah air untuk
mengantisipasi. Sementara untuk menjaga stamina tubuh, usahakan untuk
banyak minum dan banyak mengkonsumsi buah-buahan selama di Tanah Suci ini.
Mungkin perlu juga mengkonsumsi vitamin atau multi vitamin untuk membantu
kebugaran dan daya tahan tubuh.

Kacamata gelap atau hitam sangat diperlukan, karena jika sudah siang hari,
matahari bersinar sangat terik. Sebaiknya jemaah juga selalu menggunakan
masker, terutama saat berada di Mekah dan Armina. Pasalnya, di sekitar
Masjidil Haram, masih berlangsung aktivitas pembongkaran-pembongkaran
bangunan-bangunan terkait perluasan kompleks Masjidil Haram. Sementara
untuk di Armina nanti, untuk mengantisipasi hawa dingin plus debu akibat
angin.

Selain itu semua, pemerintah juga menghimbau pada para jamaah untuk tidak
memforsir tenaga untuk terus menerus ke Masjidil Haram. Ini diperlukan
untuk mempersiapkan diri pada puncak Ibadah haji di Armina. Petugas
Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) telah menyiapkan lembaran himbauan
tersebut yang nantinya akan ditempel di tiap-tiap pondokan jamaah.
Tertulis dalam himbauan itu bahwa pendapat dari Ulama Besar yaitu Imam
Assuyuti dalam Kitab Al Asbah Wan Nadhoir halaman 788, yang artinya
'Pahala yang dilipatgandakan 100 ribu di Tanah Haram tidak hanya di
Masjidil Haram, tetapi berlaku di seluruh Tanah Haram.

Jamaah juga dihimbau untuk selalu mengenakan seragam. Ini akan mempermudah
pemantauan pergerakan jamaah oleh petugas kita. Jika bepergian, hendaknya
secara berkelompok atau beregu. Upayakan selalu ada laki-laki yang
mendampingi ibu-ibu, jika ingin bepergian. Jamaah juga dihimbau untuk
selalu bersikap ikhlas dan tawakal serta sabar.

Mudah-mudahan sedikit masukan ini bisa bermanfaat bagi para jamaah.
Selamat menunaikan ibadah haji, Insya Allah kami petugas PPIH di Jedah,
Madinah dan Mekah siap menerima dan membantu sepenuhnya tamu-tamu Allah
SWT. Labbaik Allahumma Labbaik.osa/ya

Bekali Diri dengan Ikhlas

By Republika Contributor
Minggu, 02 November 2008 pukul 13:50:00


''Wah, mau berangkat haji dengan ONH Plus ya, pasti enak. Tidur di hotel berbintang yang dekat dengan masjid, makannya juga terjamin. Selamat ya.'' Begitu biasanya orang berkomentar setiap kali bertemu dengan seseorang yang akan menunaikan ibadah haji dengan fasilitas ONH Plus, yang kini disebut dengan istilah Haji Khusus.

Mengapa disebut Haji Khusus? Ya, karena fasilitas haji ini memang memiliki sejumlah kekhususan. Antara lain, haji khusus ditangani oleh swasta, bukan pemerintah sebagaimana haji reguler. Para jamaah haji khusus juga mendapat fasilitas akomodasi yang berbeda dengan para jamaah haji reguler. Para jamaah haji khusus menginap di hotel berbintang selama di Makkah, Madinah, dan Jeddah, dengan makan tiga kali sehari disediakan oleh pihak hotel. Kriteria hotelnya juga cukup ketat.

''Tidak bisa losmen, tapi paling tidak, hotel bintang tiga,'' kata HM Firzain Junus, direktur PT Nipindo Antar Wisata, sebuah biro perjalanan haji dan umrah. Jarak antara hotel dengan masjid pun ada ketentuannya. ''Kalau tidak salah, jarak pelataran hotel dengan pelataran masjid tidak boleh lebih dari 350 meter,'' kata Junus yang telah pemimpin perjalanan haji dan umrah di perusahaannya sejak 1993.

Berbeda dengan jamaah haji khusus, jamaah haji reguler menginap di apartemen, atau yang biasa disebut pondokan. Terkadang, untuk makan, mereka juga memasak sendiri. Dalam hal penerbangan, jamaah haji khusus menggunakan pesawat reguler, bukan pesawat kloter yang diatur oleh pemerintah.

Jika tahun ini, Anda termasuk sebagai salah satu calon jamaah haji (calhaj) yang akan menggunakan fasilitas Haji Khusus, tentu Anda akan menikmati semua 'kekhususan' yang telah disebutkan di atas. Namun, Junus yang sudah cukup berpengalaman mengelola Haji Khusus berpesan, hilangkan perasaan bahwa sebagai jamaah Haji Khusus Anda akan mendapatkan pelayanan yang serba enak dan memuaskan hati. Ingat, ibadah haji adalah ritual tahunan yang melibatkan jutaan orang dari seluruh dunia. Dalam urusan yang melibatkan jutaan orang ini, tentu sangat mungkin terjadi hal-hal yang kurang mengenakkan.

Misalnya, mengantre di loket imigrasi bandara King Abdul Aziz, lalu-lintas yang macet, atau berdesak-desakan saat melakukan thawaf, sa'i, dan melontar jumrah. Nah, para jamaah Haji Khusus pun tak lepas dari semua hal itu. ''Tidak ada ceritanya, Haji Khusus terus sa'i-nya mendapat keistimewaan semisal bisa dilakukan di hotel,'' kata Junus.

Haji Khusus, menurut Junus, hanya merupakan fasilitas, dan sebenarnya fasilitas ini juga pemberian dari Allah. ''Semua kenikmatan termasuk fasilitas itu, kapan saja, bisa saja diambil kembali oleh Allah.'' Menurut Junus, ketika hendak berangkat haji, seorang calhaj Haji Khusus tak perlu 'memusingkan diri' dengan pertanyaan-pertanyaan seperti: di Tanah Suci nanti akan menginap di hotel seperti apa, atau makannya bagaimana. ''Yang penting, Insya Allah saja. Karena semua itu, Allah juga yang mengatur. Mudah-mudahan Allah memberi kemudahan dan keringanan pada kita selama beribadah di Tanah Suci.''

Jadi, kata Junus, berangkatlah ke Tanah Suci dengan perasaan ikhlas. Sebab, ibadah apapun kalau tidak dilakukan dengan ikhlas, kita tidak akan bisa menjalaninya dengan enak, bahkan bisa jadi akan terasa berat. ''Haji Khusus itu kelebihannya ada pada fasilitas akomodasi yang lebih baik, penerbangannya reguler, dan harinya lebih singkat. Itu saja,'' ujar pria berusia 55 tahun ini.

Kemudian, jika selama dalam perjalanan atau saat beribadah di Tanah Suci menemukan beberapa hal yang tidak mengenakkan, cobalah untuk melihat dari segi positifnya. Misalkan saja, ada jamaah Haji Khusus yang tidak suka dengan penerbangan tidak langsung yang membuatnya mesti transit dan menginap dahulu di suatu tempat seperti Dubai atau Muscat. Cobalah untuk tidak berkeluh kesah dan anggaplah sebagai bagian dari perjuangan.

''Lihat nilai positifnya, misalkan dengan menginap kita bisa istirahat, bukankah kita lelah setelah terbang selama sembilan jam? Dengan bermalam di sana, kita juga bisa melihat tempat baru, yang sebelumnya mungkin belum pernah kita lihat. Itu kan pengalaman baru.''

Satu hal lagi, Junus juga mengingatkan para calhaj untuk mempersiapkan iman dan mental. Jauh-jauh hari, banyak-banyaklah bertobat dan memohon ampunan dari Allah, berpuasa sunat Senen-Kemis, shalat malam, dan memperbanyak dzikir. ''Kalau selama ini Anda biasa mendengarkan radio atau lagu-lagu ketika berada di mobil, biasakanlah untuk mengumandangkan ayat-ayat suci Alquran. Al Fatihah atau surat-surat pendek, juga bisa.'' hid

Tempat Wanita Terbatas

By Republika Contributor
Minggu, 02 November 2008 pukul 13:50:00


Rasulullah mengatakan shalat di Masjidil Haram pahalanya 100 ribu kali lipat dibandingkan shalat di tempat lain. Sedangkan shalat di Masjid Nabawi lebih utama 1.000 kali dibanding shalat di tempat lain.

Mumpung ada di Madinah, biasanya jamaah berusaha sedapat mungkin bisa shalat lima waktu di masjid yang pertama dibangun nabi itu. Bahkan jamaah haji Indonesia punya kebiasaan melaksanakan arbain (shalat lima selama 40 waktu tak terputus di Masjid Nabawi).

Kendati tak ada hubungannya dengan ibadah haji, banyak jamaah yang memaksakan diri untuk melaksanakan arbain. Akibatnya, sering terjadi fisik jamaah sudah drop sebelum melaksanakan ritual haji sesungguhnya di Makkah, Mina, dan Arafah.

Udara Madinah yang dingin membuat kesulitan tersendiri bagi jamaah untuk berangkat shalat ke masjid, terutama pagi dan malam hari. Sebelum berangkat jangan lupa memakai pakaian hangat. Selain itu pakai juga krim di muka, tangan, serta lip gloss untuk bibir.

Tidak seperti Masjidil Haram yang buka 24 jam, Masjid Nabawi sudah tutup pukul 23.00 Waktu Madinah. Masjid baru dibuka lagi sekitar pukul 03.00. Banyak jamaah yang tidak tahu dengan ketentuan ini. Banyak terjadi jamaah sudah datang pukul 01.00 karena ingin melaksanakan Shalat Tahajud di masjid ini. Akhirnya mereka harus menunggu tiga jam sampai masjid dibuka. Kondisi ini membahayakan jamaah, karena udara Madinah pada malam hari berada pada titik terdingin. Shalat Shubuh dilaksanakan sekitar pukul 05.30. Azan dikumandangkan dua kali.

Masjid yang mampu menampung sampai satu juta jamaah ini juga sangat padat pada musim haji. Jamaah sering harus antre masuk dan keluar masjid. Jika tak kebagian tempat di lantai dasar, bisa shalat di lantai dua. Namun sedapat mungkin hindarkan shalat di pelataran masjid pada pagi dan malam hari. Untuk itu jamaah harus datang paling tidak setengah jam sebelum waktu shalat agar kebagian tempat.

Wanita disediakan tempat khusus untuk shalat yang diberi sekat-sekat. Luasnya sangat terbatas. Karena ini perjuangan untuk mendapat tempat lebih sulit. Terlambat sedikit dipastikan tak akan kebagian tempat shalat di dalam masjid. Karena datanglah lebih cepat sebelum waktu shalat.

Saat hujan berhati-hati dengan pelataran masjid. Marmer yang digunakan untuk lantai pelataran masjid adalah yang terbaik dan terindah di dunia. Bahkan, pernah mendapatkan penghargaan arsitektural dari Italia. Namun pada saat hujan marmer itu licin. Banyak jamaah yang terburu-buru berlari ke masjid terpeleset dan jatuh.

Di dalam masjid disediakan kotak-kotak tempat sandal. Tempat sandal itu ada yang berbentuk lemari ada juga rak-rak memanjang. Semuanya mempunyai nomor. Jamaah jangan lupa mengingat-ingat di mana meletakkan sandalnya. Yang terjadi sering jamaah kehilangan sandal karena lupa nomor raknya. Karena sering jamaah shalat jauh dari tempat dia meletakkan sandal.

Masjid Nabawi mempunyai arsitektur yang sangat indah. Sangat elok jika dipandang dari dekat maupun kejauhan. Masjid ini juga dilengkapi dengan 12 payung raksasa yang bisa mengembang. Payung itu menguncup saat Asyar dan menjadi berbentuk menara. Sunggut pemandangan indah saat melihat patung menguncup. Jamaah yang berada di lokasi itu shalat dengan atap langit terbuka. Sejuk tapi tak ada sinar matahari masuk.

Masjid yang dilengkapi pula dengan kubah yang dapat membuka dan menutup ruangan dengan sistem terpadu secara otomatis. Kubah itu bergeser usai Shalat Zuhur. Jika ingin melihat perubahan kubah saat bergeser shalatlah di lantai dua.

Dalam kondisi berdesak-desakan sering jamaah kehilangan barang atau tercecer. Jika hilang jamah bisa mencarinya di kantor maktab mafqudat (kantor barang hilang--red). Kantor ini terletak di lantai dua, dekat pintu masuk nomor 33.

Jika pondokan jauh dari masjid usahakan selalu datang berombongan untuk mencegah tersesat. Wanita yang sedang haid sebaiknya jangan ditinggal sendiri di pondokan. Jika tak ada yang menemani sebaiknya tetap ke masjid, dan menunggu dekat masjid di tempat yang aman. sbt

Tip Shalat di Masjid Nabawi


-gunakan pakaian hangat ketika berangkat
-jangan datang sebelum pukul 03.00
-hindari shalat di pelataran pagi dan malam hari
-ingat nomor rak sandal
-hati-hati kehilangan

Hati-hati WC Jongkok

By Republika Contributor
Minggu, 02 November 2008 pukul 13:49:00


Di Makkah dan Madinah jamaah haji akan ditempatkan di pondokan atau penginapan. Pondokan ini bisa berbentuk hotel atau rumah, biasanya bertingkat. Kondisi pemondokan tidak sama. Yang beruntung akan mendapatkan fasilitas yang cukup baik, tapi bisa juga kebagian pondokan yang kurang, bahkan tak layak. Jamaah tak bisa memilih karena penempatannnya dilakukan dengan sistem undian. Jamaah tinggal menempati saja.
Tiap penginapan disediakan listrik, kamar mandi, tempat cuci, AC atau kipas angin, dan lift. Tapi sebaiknya jangan terlalu membayangkan yang indah-indah. Karena banyak fasilitas di pondokan yang tak berfungsi.

Kendati bertingkat tidak semua pondokan dilengkapi lift. Ada juga yang dilengkapi lift tapi tak berfungsi. Bisa juga ada lift tapi terbatas dengan kapasitas 4-5 orang. Padahal jamaah yang tinggal di rumah itu ratusan. Kesulitan terjadi jika jamaah akan keluar penginapan bersama-sama, misalnya saat berangkat shalat. Karena itu sebaiknya jika berangkat ke masjid jangan mepet waktunya.

Gunakan lift sesuai petunjuk yang ada. Tekan tombol panah ke atas bila ingin naik. Tekan tombol panah ke bawah bila ingin turun. Setelah masuk dan pintu lift tertutup, tekan tombol angka sesuai dengan nomor lantai yang dituju. Sebaiknya jamaah, terutama yang berusia lanjut tidak masuk lift sendirian. Apabila tidak tahu cara penggunaan lift, sebaiknya bertanya atau selalu bersama dengan mereka yang mengetahuinya.

Keluhan lainnya adalah soal kamar mandi. Tidak tiap kamar ada kamar mandinya. Kebanyakan hanya ada satu kamar mandi dan WC untuk tiga kamar. Padahal satu kamar saja dihuni 7-10 orang. Air juga terbatas. Bisa dibayangkan kesulitan yang terjadi jika jamaah ingin mandi dan buang air. Karena itu sebaiknya jamaah sudah mandi 2-3 jam sebelum berangkat ke masjid. Ini untuk menghindari antre di kamar mandi.

Toilet ada yang berbentuk jongkok dan ada kloset duduk. Lubang kloset jongkok umumnya tidak berbentuk leher angsa seperti di Indonesia, tapi lurus (seperti WC cemplung). Karena itu hati-hati jika buang air, sebab jika ada barang yang terjatuh ke kloset maka akan langsung meluncur masuk ke lubang dan tak bisa diambil lagi.

Kadang kondisi kamar kotor, lembab, dan dipenuhi banyak coretan. Tempat tidurnya menggunakan tempat tidur pasien (brankar) hanya dilapisi kasur busa tipis dengan sprei dan bantal yang sudah kumal. Untuk mengantisipasi itu sejumlah jamaah membeli sendiri sprei dan sarung bantal.

Tak jarang pula kamar tidak terkunci dengan rapi. Kaca-kaca banyak berlubang, sehingga tidak aman. Untuk kamar yang seperti ini jamaah hendaknya berhati-hati dengan barang bawaan, terutama uang. Untuk mengatisipasinya, jika memungkinkan dan diperbolehkan jamaah bisa memasang kunci gembok sendiri. Banyak kasus jamaah kehilangan uangnya di pondokan. Sebaiknya jamaah juga punya tempat menyimpan barang yang hanya dia sendiri yang tahu.

Kadang pondokan menyediakan dapur, kadang juga tidak. Jika tak tersedia dapur sebaiknya tak memaksakan diri memasak. Jika menggunakan peralatan listrik pastikan semua sudah dimatikan saat meninggalkan penginapan.

Lokasi pemondokan haji Indonesia di Madinah terbagi dalam empat ring. Ring satu bisa berjarak 50 meter dari masjid, sedangkan ring empat bisa lebih dari satu kilometer. Sebaiknya setiap jamaah membuat denah pondokan dan posisinya terhadap masjid. Ini untuk memudahkan jamaah mencari pondokan jika tersesat. Lebih baik pula bila lokasi di denah itu ditulis dalam tulisan Indonesia dan Arab. Jika jamaah tersesat bisa menunjukkan denah itu kepada penduduk Arab yang ditemui.

Tidak semua fasilitas pondokan buruk memang. Kalau beruntung jamaah bisa saja mendapatkan penginapan yang cukup kamar mandinya, AC menyala, ada kulkasnya, ada dapur, dan sebagainya. Tapi sebaiknya tetap siap mental menghadapi kemungkinan terburuk. Hasil angket Litbang Depag dan Amirul Hajj kepada ketua-ketua kloter tahun lalu menyebutkan bahwa sekitar 15 persen rumah pemondokan yang disewa pemerintah di Makkah tergolong tidak layak huni.
Bagi jamaah ONH Plus soal penginapan ini tak terlalu jadi masalah. Selain lokasinya lebih dekat ke masjid, hotel untuk ONH plus sudah pasti berbintang. Fasilitasnya sangat memadai bahkan mewah. sbt

Tips di Pondokan


-mandi 2-3 jam sebelum waktu shalat
-jangan naik lift sendiri
-simpan barang di tempat aman
-matikan peralatan listrik jika pergi
-buat denah pondokan