Thursday, November 6, 2008

Latihan Jalan Kaki

By Republika Contributor
Minggu, 02 November 2008 pukul 13:45:00


Ibadah haji membutuhkan aktifitas fisik yang lebih banyak dibandingkan dengan ibadah lainnya. Rangkaian ibadah haji banyak dilakukan dengan berjalan kaki. Ke masjid, tawaf, sa'i, ke tempat-tempat ziarah, melempar jumrah, dan kegiatan lainnya dilakukan dengan jalan kaki.

Untuk mempersiapkan aktifitas fisik yang berat selama berhaji nanti, jauh hari menjelang pemberangkatan calon jamaah haji hendaknya sudah memulai latihan fisik. Latihan fisik bisa dilakukan dengan berjalan kaki atau lari-lari kecil sehabis Shalat Subuh. Tak perlu jauh-jauh. Cukup 2-3 kilometer saja. Latihan jalan kaki ini nantinya akan sangat membantu jamaah menjalankan ibadah di Tanah Suci. Dengan rajin latihan fisik, tubuh tidak kaget ketika nanti harus banyak berjalan kaki.

Hari-hari di Madinah dan Makkah penuh dengan kegiatan fisik. Untuk ke Masjid Nabawi di Madinah jarak yang ahrus ditempuh dari penginapan bervariasi antara 100 meter hingga 2 kilometer. Hotel-hotel jamaah ONH plus hanya sekitar 100 meter dari masjid. Sedangkan untuk jamaah biasa lebih dari satu kilometer. Anggaplah jarak dari penginapan ke masjid 1.000 meter. Jadi untuk ke masjid pulang pergi 2.000 meter. Sehari berapa kali ke masjid? Anggaplah dua kali (Subuh dan Zuhur sampai Isya). Jadi paling tidak jamaah harus berjalan 4.000 meter atau 4 km. Ini belum termasuk aktifitas jalan-jalan, belanja, dan berjalan dari pelataran masjid sampai ke dalam.

Aktivitas belanja atau jalan-jalan sering tak terhitung berapa kali sehari. Sekeliling Masjid Nabawi dipenuhi dengan pertokoan yang menjual aneka macam barang. Biasanya sebelum berangkat atau pulang dari masjid jamaah memanfaatkan waktu untuk 'tawaf' di pertokoan itu. Berangkat ke masjid di waktu subuh juga membutuhkan fisik prima. Biasanya jamaah sudah mulai berangkat ke masjid pukul 04.30. Saat itu udara Madinah berada di titik paling rendah. Selain dingin angin juga bertiup kencang.

Jamaah juga perlu fisik kuat untuk wisata ziarah. Banyak tempat menarik di Madinah dan Makkah yang hanya bisa dicapai dengan fisik kuat. Misalnya ke Bukit Uhud, keliling kebun kurma, Guwa Hira, dan sebagainya. Disarankan agar jamaah selalu beristirahat dan tidur cukup selama di Tanah Suci. Kurangi aktifitas tak perlu seperti 'tawaf' di pertokoan. Sering pula terjadi jamaah mati-matian mengejar ibadah arbain (shalat 40 waktu tak terputus di Masjid Nabawi). Akibat ibadah terus-menerus jamaah kelelahan dan jatuh sakit.

Di Makkah kesiapan fisik jamaah lebih dituntut lagi. Jarak penginapan ke masjid rata-rata lebih jauh. Suasana Makkah yang lebih padat juga menguras tenaga jamaah. Untuk bisa mendapat tempat dekat Ka'bah membutuhkan perjuangan yang cukup besar. Ratusan ribu orang berdesak-desakan. Untuk keluar masjid pun bukan perkara yang gampang. Antre di pintu keluar bisa sampai satu jam.

Untuk jamaah yang tinggal di Aziziyah Makkah, mereka mendapat fasilitas gratis bus menuju Masjidil Haram. Tapi jangan bayangkan bus itu seperti di Jakarta. Dibutuhkan tenaga sangat ekstra untuk naik, karena jamaah Indonesia harus rebutan dengan jamaah dari negara lain. Bayangkan saja, satu bus diperebutkan ratusan orang. Postur tubuh jamaah Indonesia yang mungil selalu kalah berebut dengan jamaah asal Mesir, Afrika, Iran dan lainnya yang bertubuh tinggi besar.

Ada jamaah yang memilih jalan kaki, tapi jaraknya sangat jauh, lebih dari lima kilometer. Jalan yang dilalui terdiri dari terowongan dan taman-taman, tapi tetap saja sangat melelahkan. Tawaf dan sa'i jika dalam kondisi cukup lengang, bisa selesai 15 menit saja. Tapi jika padat, dua jam belum tentu selesai. Masalahnya pelataran Ka'bah hampir mustahil lengang pada musim haji. Pagi, sore, siang, malam jamaah berjubel untuk tawaf.

Aktifitas fisik bertambah di Arafah dan Mina. Perjalanan ke Arafah dan kembali ke Mina, baik naik bis atau berjalan kaki, sama-sama membutuhkan energi besar. Padahal prosesi ini tak boleh ditinggalkan dan digantikan. Makanya jamaah yang sedang dirawat pun harus dibawa ke Arafah dengan safari wukuf. Puncak aktifitas fisik adalah saat melontar jumrah. Jutaan orang akan melontar jumrah rentang waktu yang sama. Dibutuhkan fisik yang benar-benar fit untuk menjalaninya. Padahal biasanya, saat inilah kondisi fisik jamaah sudah sangat menurun. Selain latihan jalan, istirahat, dan tidur cukup, jamaah disarankan untuk makan bergizi teratur agar fisik tetep oke. Selain itu obat-obatan dan makanan suplemen bisa membantu menjaga tubuh tetap bugar. sbt

No comments: